Ibas Usut Kendala Utama Para UMKM
Edhie Baskoro Yudhoyono baru saja dinyatakan lulus dari promosi doktor Manajemen Bisnis IPB. Kelulusan Ibas, nama sapaan EBY, disahkan setelah pemaparan disertasinya yang berjudul “Strategi Pembiayaan dan Investasi untuk Pengembangan Pariwisata Terpadu yang Berkelanjutan dan Inklusif”.
Dalam disertasinya, dijelaskan bahwa pemilihan disertasi dengan topik pengembangan pariwisata terpadu disebabkan oleh belum ada studi yang secara khusus mengkaji strategi pembiayaan dan investasi untuk pengembangan pariwisata terpadu, inklusif, dan berkelanjutan, terutama strategi yang berbasis pada data-data empiris dan pemodelan statistik. Lebih lanjut, dalam disertasinya Ibas menerangkan lima tujuan dari hasil penelitiannya. Tujuan pertama, mengidentifikasi jenis-jenis usaha dan memetakan kendala yang dihadapi jenis usaha. Kedua, menganalisis kinerja keuangan para pelaku usaha. Ketiga, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pelaku usaha. Keempat, menganalisis estimasi dampak pariwisata terhadap perekonomian dan kesejahteraan. Kelima, merumuskan strategi pembiayaan dan investasi yang sesuai untuk pariwisata terpadu yang berkelanjutan dan inklusif di Kawasan Pariwisata Labuan Bajo.
Untuk pengambilan data, Ibas menyebutkan bahwa data dalam penelitian ini diperolehnya dari hasil wawancara menggunakan kuesioner terhadap 221 pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Kemudian, dirinya juga melibatkan 12 narasumber pakar yang terdiri dari pemangku kebijakan, perbankan, akademisi dan asosiasi tingkat nasional. Tidak hanya itu, untuk memastikan hasil penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan, beberapa data juga diambilnya dari beberapa instansi resmi pemerintah di tingkat pusat maupun daerah.
Dari tayangan presentasinya, Ibas menerangkan bahwa pemanfaatan data dalam penelitian dilakukan dengan saksama. Data primer misalnya, dimanfaatkan untuk pemetaan usaha guna mendapatkan gambaran mengenai karakteristik usaha, aspek finansial, kemitraan dan organisasi, serta adopsi teknologi. Data primer juga membantu Ibas dalam pemetaan kendala yang dihadapi, mencakup aspek teknis, ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Dalam tayangan yang sama, lebih lanjut Ibas menerangkan bahwa penyertaan aspek inklusi keuangan, kemitraan, dan organisasi, serta adopsi teknologi dilakukan sebagai upaya meningkatkan pendapatan usaha di Kawasan Pariwisata Labuan Bajo. “Kawasan Pariwisata Labuan Bajo yang inklusif dapat dicapai melalui peningkatan investasi, tidak hanya mengandalkan pembiayaan pemerintah melalui APBN dan APBD. Kemudian, strategi pembiayaan dan investasi yang sesuai untuk pengembangan pariwisata terpadu yang berkelanjutan dan inklusif di Kawasan Pariwisata Labuan Bajo disusun dengan melibatkan pendapat para pakar dan pemangku kebijakan,” terang Ibas.
Dari hasil survei yang dihimpunnya, terlihat bahwa mayoritas usaha yang sebagian besar berskala mikro, bergerak di bidang penyedia makanan dan minuman, serta berbentuk usaha perorangan. Kemudian, kendala utama yang dihadapi pelaku usaha ini cukup teknis. “Kendala utama yang dihadapi pelaku usaha diantaranya mencakup kendala teknis yakni terbatasnya fasilitas umum dan air bersih; kendala ekonomi yakni terbatasnya pembeli dan ketatnya persaingan usaha; kendala sosial yakni peran asosiasi, pendampingan dan pelatihan yang belum optimal; dan kendala lingkungan yakni kurangnya pengelolaan lingkungan dan sampah serta maraknya pengeboman ikan”, terangnya.