Ibas Turun Ke Sawah, Dengar Keluhan Petani Soal Pupuk dan Bantu Alsintan

Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) dalam kegiatan resesnya menerima banyak keluh kesah dan aspirasi dari para petani padi Desa Purwosari, Ponorogo, Jawa Timur. Beberapa diantaranya, mahal dan langkanya pupuk subsidi, masih minimnya alat pertanian modern, kebutuhan saluran irigasi, hingga mahalnya harga-harga kebutuhan pokok menjelang lebaran.
“Mas Ibas, kami dari Poktan (Kelompok Tani) Mulyo Ponorogo dan para tani di Desa Purwosari, ingin menyampaikan, istilahnya uneg uneg iki. Salah satu di antaranya adalah masalah pupuk Mas. Menurut kami harganya terlalu mahal, belum lagi subsidinya dikurangi. Kadang harganya normal, tapi malah barangnya yang langka,” ungkap Kastubi, Ketua Poktan Mulyo.
Menanggapi fenomena tersebut, sebagai wakil rakyat yang selalu pro pada petani, Ibas pun hadir langsung di tengah mereka. Dikelilingi para poktan dan warga, Ibas berdialog di tepi sawah (20/4/22) untuk mendengar suara tani dan memberikan bantuan nyatanya.
“Saya tahu kondisi pertanian kita juga tidak sehat betul karena banyak juga kendalanya. Ya pupuk yang saben tahun menjadi masalah. Kitapun terus menerus menyampaikan ke Pemerintah untuk memperhatikan kebutuhan pupuk petani, tidak hanya sampai kabupaten tapi juga ke desa-desa. ‘Tolong distribusinya, jangan macet Pak, masak mau nanem gak ada pupuknya, lha pie nanemnya pakai apa?’,” kata Ibas.
“Betul Mas, mau tanam padi tapi kok tidak ada pupuknya. Kami biasa pakai pupuk subsidi, tapi sekarang susah didapat karena jumlahnya dikurangi. Kalau pakai pupuk nonsubsidi selisih harganya jauh, terlalu mahal,” keluh para petani menimpali Ibas.
“Njih, Bapak-Ibu, saya juga bisa merasakan kendala tersebut. Apalagi masyarakat kita banyak yang menggunakan pupuk subsidi. Dulu harganya 95 ribu per karung, bahkan sempat 120 ribu sekian. Memang idealnya, ya (harganya) 100 ribuan lebih sedikit, sekitar itu. Tapi jangan terlalu tinggi. Karena kalau terlalu tinggi, biaya tanamnya mahal, untungnya pie? Nah inilah yang perlu kita diskusikan bersama, lebih lanjut,” ujar Ibas.
Selain pupuk, cuaca juga menjadi kendala dalam bertani. Di musim kemarau, irigasi menjadi kunci yang sangat dibutuhkan. Kabupaten Ponorogo setidaknya sudah memiliki saluran air yang memadai, sehingga tidak terlalu menyulitkan para petani. Sudah banyak pula saluran irigasi lintas pertanian yang bisa dialirkan ke mana saja. “Alhamdulillah Mas, kemarin kami juga mengusulkan saluran irigasi sejauh dua kilometer di kiri dan kanan,” tambah Katsubi.
Ibas berpesan agar para poktan memperhatikan betul setiap proses dalam menanam padi. Mulai dari pengolahan tanah, pengairan, hingga penanaman bibit padi sampai panen untuk terus dirawat dan dijaga. Hal ini bertujuan agar bisa mendapat hasil panen yang berkualitas. “Beras yang dihasilkan Bapak-Bapak semua, saya konsumsi juga. Masyarakat di luar Ponorogo juga turut mengonsumsi. Jadi saya mendukung penuh usaha tani, agar produksi pertanian kita ini semakin banyak hasilnya,” tutur Ibas.
Anggota Komisi VI DPR RI ini menekankan agar para petani Desa Purwosari tetap sabar dan terus berikhtiar. Masa pandemi dan krisis ekonomi dunia memang berdampak pada segala aspek, sehingga diperlukan usaha bersama dari semua pihak agar kondisi perlahan kembali normal.
Tak hanya mendengar suara para petani, Ibas juga menyalurkan bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) berupa transplanter (alat penggiling padi) dan combine (alat panen padi). Ibas bahkan mencoba langsung kedua alat tersebut bersama petani yang lain. Mesin ini bekerja sangat efektif dan mudah digunakan. Para petani kini bisa menghemat tenaga dan pekerjaan lebih cepat selesai. Hasil beras yang dikeluarkan pun bersih.
“Alhamdulillah sekarang sudah punya mesin pertanian yang lebih modern. Para petani bisa bekerja lebih produktif, tidak perlu tumbuk-tumbuk lagi. Kita juga ingin mendorong alat-alat, seperti combine dan harvester bisa berfungsi dan berguna di lintas gapoktan,” ujar Ibas.
Besar harapan Ibas agar nantinya pertanian di Ponorogo bisa lebih modern. Pekerjaan para petani bisa lebih efektif, tidak perlu mengeluarkan tenaga besar tetapi bisa mendapat hasil maksimal. Ibas berpesan agar para petani terus belajar menggunakan mesin modern dan mau merawat alatnya. “Sambil dipelajari cara penggunaannya serta dirawat sebaik mungkin, agar awet dan bermanfaat. Bertani jadi lebih menarik dan menyenangkan. Supaya petani tidak hanya terputus di generasi senior, tetapi anak-cucu juga mau bertani. Dengan peralatan dan cara-cara yang lebih modern, menjadi petani itu keren, baik, terhormat. Kalau tidak ada yang memanen padi, kita bisa kelaparan,” kata Ibas.
“Saya sangat menolak keras kalau beras sampai impor di saat panen apalagi panen raya. Kita tidak mau kalau impor itu malah merugikan para petani. Maksimalkan sumber daya yang ada terlebih dahulu, kalau terjadi kelangkaan beras atau gagal panen besar, barulah boleh impor,” sambung Ibas.
Selain memberikan bantuan berupa alat mesin pertanian, Ibas juga membagikan 500 paket sembako untuk petani dan warga di Desa Purwosari. Ia berharap bantuan tersebut dapat meringankan beban para petani dan masyaraka di tengah melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok.
Murni, Samsudin, Ponco, dan Mohadi, para petani padi Purwosari yang hadir secara kompak menyampaikan terima kasih sekaligus uneg-unegnya kepada Ibas. “Untuk bantuan alat tani dan sembakonya ini tentu kami bersyukur dan terima kasih banyak Mas Ibas,” kata Samsudin. “Iya alhamdulillah…Nah, untuk selanjutnya, kalau boleh kami menyampaikan, tolong harga rabuk (pupuk) dikecilkan Mas. Larang tenan iki (mahal banget ini),” Ponco menimpali. “Iya, kalau rabuk subsidi susah banget dapatnya Mas. Sulit banget syaratnya, akhirnya beli pupuk non subsidi, yang mahal, angel (susah),” Mohadi menambahi.
“Masalahnya lagi, rabuknya mahal banget, tapi harga gabahnya murah. Kan susah. Jadi, kami mau minta tolong dibantu, semoga bisa ya Mas. Terima kasih selalu peduli pada kami. Semoga sukses untuk segala perjuangannya ya Mas,” lanjut Murni.
Selain para petani, warga yang hadir dan menerima bantuan sembako juga menyampaikan rasa syukur dan menitipkan uneg-unegnya pada Ibas. “Terima kasih banyak atas bantuan sembako ini Mas Ibas. Saya ini penjual sate, tapi keluarga juga bertani. Susahnya sekarang itu harga-harga pada mahal, ya minyak, ya daging ayam, ya pupuk tani. Sekarang ini, harga pupuk naik 2 kali lipat lho Mas. Tapi, harga gabah turun. Gimana itu Mas? Sembako mahal, pupuk mahal, gabah murah, haduh. Apalagi sembako makin mahal padahal mau lebaran,” kata Sujati, seorang penjual sate Ponorogo yang hadir hari itu.