Renyah, Gurih, dan Sehat; Ibas Dukung UKM Kolong Klithik Perkuat Ekonomi Rumah Tangga

Berkunjung ke Pacitan, belum lengkap rasanya jika tidak membawa pulang oleh-oleh makanan khasnya. Seperti yang dilakukan Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas di sela-sela padatnya jadwal reses DPR RI, ia berkunjung langsung ke Desa Bodag yang merupakan sentra produksi camilan Kolong Klithik.
Kolong Klithik merupakan salah satu camilan khas Pacitan dengan bahan dasar singkong. Rasanya yang gurih dan renyah membuat siapa saja akan merasa ketagihan. Proses pembuatannya pun tidak terlalu rumit. Ketela yang sudah dikupas dan dicuci bersih kemudian diparut dan dipres untuk menghilangkan kadar air hingga benar-benar kering. Hasil pengepresan kemudian dicampur tepung agar kalis. Adonan tepung dan singkong tersebut kemudian diberi bumbu dan dibentuk menjadi lingkaran-lingkaran kecil, lalu digoreng.
Pada kunjungannya di Desa Bodag, Ibas berkesempatan melihat langsung proses produksi Kolong Klithik. “Saya sengaja datang ke Desa Bodag, katanya di sini banyak produksi Kolong Klithik. Mas Ibas dulu dengan Almarhumah Bu Ani juga sering kalau ke Pacitan selalu membeli UMKM Kolong Klithik. Kalau Ibu-Ibu semua di sini benar-benar bisa mengembangkan Kolong Klithik sebagai tambahan penghasilan rumah tangga, itu juga menjadi salah satu cara kita untuk menyejahterakan keluarga,” ujar Ibas.
Sebagai wakil rakyat dari Partai Demokrat, Ibas terus memperhatikan kesejahteraan ekonomi rakyat, terutama di Daerah Pilihan (dapil) Jawa Timur VII. Bagi Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI, kehadiran UMKM merupakan roda ekonomi kerakyatan untuk desa dan kabupaten. “Saya selalu mendorong agar UMKM di Indonesia, khususnya Pacitan tetap tumbuh. Saya tidak ingin usaha rakyat kita mati apalagi bangkrut dan tidak tumbuh,” terang Ibas.
Pemilik UMKM Kolong Klithik Rahayu, Nova Pantayoga menyebutkan bahwa sehari mereka bisa memproduksi hingga 2 – 3 kuintal kolong. Nova merupakan generasi ketiga penerus produksi Kolong Klithik di UMKM Rahayu. Ia pun sudah tidak memiliki kendala dalam berjualan karena sudah memiliki agen-agen distributor yang langsung mengambil Kolong Klithik di rumah produksi. Akan tetapi, kendala terbesar justru dihadapi ketika harga-harga kebutuhan pokok melonjak naik dan perihal kebutuhan alat.
“Kendala kami sebetulnya kompleks, kalau dari modal terkadang permintaan pasar tinggi, tetapi di sisi lain harga minyak goreng juga sedang tinggi dan terkadang bawang putih mahal. Kami juga masih menggunakan alat-alat tradisional karena itu memang menjadi ciri khas, sehingga belum bisa memaksimalkan potensi permintaan pasar yang tinggi,” jelas Nova.
“Alhamdulillah sekali hari ini dikunjungi Mas Ibas. Semoga dengan adanya kunjungan ini, Mas Ibas jadi tahu permasalahan kami dan semoga bisa memberikan solusi terbaik yang berpihak pada UMKM termasuk solusi akan mahalnya bahan baku,” imbuhnya.
Salah satu pemilik UMKM Kolong Klithik lain di Desa Bodag yang sudah berjualan sejak tahun 1991, Sriyatin juga menyebutkan bisa memproduksi setidaknya satu kuintal Kolong Klithik per hari. Hasil produksi tersebut kemudian dikemas per sak dan dijual ke Pasar Tulakan, Pasar Tegalombo, dan di wilayah Pacitan lainnya.
Sriyatin mengaku senang atas kunjungan Ibas di Desa Bodag yang sangat memperhatikan UMKM. “Kesulitan kami sebagai pelaku UMKM Kolong Klithik itu kalau harga minyak mahal, karena waktu itu sempat harga jualnya turun sedangkan harga produksi naik. Semoga kedatangan Mas Ibas ke mari bisa membantu kami. Maturnuwun (terima kasih) Mas Ibas, semoga bisa menjadi pemimpin yang amanah dan peduli rakyat. Aamin,” kata Sriyatin.
Sebelum berpamitan, Ibas juga membagikan oleh-oleh berupa sembako untuk masyarakat Desa Bodag yang datang menyambutnya dengan begitu gembira dan penuh antusias.
“Terima kasih Mas Ibas untuk oleh-oleh dan kunjungannya. Semoga Kolong Klithik Bodag juga semakin dikenal bahkan sampai ke Jakarta. Sukses selalu, salam untuk keluarga semoga suka sama kolong-nya,” kata Desi salah satu karyawan UMKM sekaligus penerima sembako.