Angkat Semangat ‘Tri Hita Karana’ di Hari Museum Internasional, Ibas: Hubungan Manusia Dengan Tuhan, Manusia, dan Alam Adalah Pilar Penjaga Peradaban

Wakil Ketua MPR RI dari Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), mengangkat filosofi luhur masyarakat Bali, ‘Tri Hita Karana’, sebagai fondasi penting dalam pelestarian seni, budaya, dan pembangunan masa depan Tanah Air. Menurutnya filosofi ini juga selaras dengan visi museum sebagai penjaga keseimbangan dan peradaban.
Hal tersebut disampaikan Edhie Baskoro Ketua FPD DPR RI dalam audiensi bertema “Meniti Warisan, Merajut Masa Depan: Museum sebagai Penjaga Peradaban” yang digelar di Museum Rudana, Ubud, Bali, Sabtu (17/5/2025), bersama para pemerhati budaya, sejarah, dan museum dari berbagai kalangan. Acara ini digelar dalam rangka memperingati Hari Museum Internasional, 18 Mei 2025.
Dalam audiensi ini Ibas yang juga merupakan lulusan S3 IPB University ini menyinggung filosofi Tri Hita Karana, nilai luhur yang berakar dari budaya Bali, sebagai fondasi harmoni dan keberlanjutan yang relevan dalam pengelolaan museum dan warisan budaya.
Menurut Dr. Edhie Baskoro Yudhoyono Wakil Rakyat dari Partai Demokrat ini keharmonisan antara manusia dengan Tuhan (Parahyangan), sesama manusia (Pawongan), dan alam semesta (Palemahan) merupakan prinsip yang selaras dengan visi museum sebagai penjaga keseimbangan dan peradaban.
“Di Bali, kita diajarkan tentang ‘Tri Hita Karana’. Ini bukan sekadar ajaran lokal, tapi nilai universal,” ujar Ibas. “Pertama, manusia harus menjaga hubungan harmonis dengan Tuhannya, siapa pun yang kita imani. Kita yakin Tuhan Yang Maha Kuasa akan memberikan yang terbaik untuk kita jika kita terus berupaya bekerja keras dan selalu berada dalam harmoni,” ungkapnya.
Ibas Wakil Rakyat Partai Demokrat Dapil Jatim VII ini kemudian menguraikan elemen dalam filosofi ‘Tri Hita Karana’ lainnya. “Yang kedua, tentunya manusia dengan manusia. Hubungan silaturahmi ini adalah salah satu hal. Hubungan silaturahmi kami terhadap kemanusiaan dan Bapak Ibu semuanya juga merupakan hal yang harus kita lakukan. Sehingga hubungan antara manusia dengan manusia harus kita jadikan landasan untuk memperkuat kebersamaan, dan kolaborasi.”
“Dan yang ketiga, antara manusia dan alam. Kita tidak bisa mengingkari manusia terasa kecil. Terkadang ada kata-kata, saatnya manusia belajar kepada alam. Bukanlah alam yang belajar kepada manusia, betapa alam menjaga kehidupan. Sehingga sudah sepantasnya manusia menjaga alam, kelestarian, dan juga kenyamanan semuanya,” jelasnya lebih lanjut.
Edhie Baskoro Wakil Ketua Umum Partai Demokrat ini mengaitkan filosofi tersebut dengan semangat kebangsaan dan pembangunan berkelanjutan. Menurutnya, ‘Tri Hita Karana’ dapat menjadi fondasi untuk membangun Indonesia yang lebih inklusif, beradab, dan sejahtera, tanpa kehilangan jati diri budaya.
“Mari kita tingkatkan kebersamaan, mari kita tingkatkan persudaraan. Kita yakin Bali, Indonesia akan lebih maju dalam kebudayaan seni budaya dan museum galeri,” pungkasnya.
Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Putu Supadma Rudana menyambut dengan hangat dan memberikan apresiasi besarnya atas kehadiran Ibas pada kesempatan ini. “Kami bangga, jarang Tokoh dari Parlemen yang datang ke museum, tapi kita bangga Bapak Edhie Baskoro atau Mas Ibas berkenan datang, memuliakan museum, memuliakan kebudayaan, dan memuliakan seni budaya. Tentu kami mohon kemuliaan ini, ketulusan ini agar terus digaungkan. Karena para seniman budaya tidak akan pernah mengemis mas, mereka akan terus berkarya sampai mungkin Pemerintah, parlemen dan semua pihak mengerti, tentu mereka harus senantiasa didukung,” ungkapnya.
Audiensi ini dihadiri oleh beberapa pemerhati museum diantaranya Empu Keris, Maestro Tari, perwakilan dari Asosiasi Museum Indonesia, Komunitas Pecinta Museum, Komunitas Perempuan Pecinta Museum, Civitas Akademika Ilmu Sejarah dan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, dan masih banyak lagi.